Berkah Recehan dari Mbah Watugethuk
MENUNGGU RECEHAN: Sejumlah warga Dukuh Ngrijo menunggu uang receh yang dilemparkan pengguna jalan untuk Mbah Watugethuk di Alas Gomanik, jalur Pati-Purwodadi (foto: by rokib mabang )
tepatnya di tanjakan Alas Gomanik, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan kita akan melihat sejumlah orang duduk-duduk di tepi jalan. Mereka yang kebanyakan perempuan, memperhatikan setiap kendaraan lewat dengan tatapan pengharapan. Begitu pengemudi atau penumpang melempar uang, orang-orang itu segera berebutan.
Mereka bukan pengemis yang meminta-minta di jalanan. Mereka warga Dukuh Ngrijo, Desa Jatipohon, Kecamatan Grobogan yang memanfaatkan kepercayaan orang terhadap mitos Mbah Watugethuk.
Wujud Mbah Watugethuk adalah seonggok batu. Karena dipercaya sebagai penjaga kawasan itu, ia dikeramatkan. Pengguna jalan melempar uang receh untuk beroleh keselamatan.
Uang yang tercecer itu dimanfaatkan sejumlah warga untuk menambah penghasilan. Agar adil, mereka dibagi dalam kelompok dan bekerja secara bergiliran. Setiap kelompok rata-rata beranggota 10 orang. Sedangkan pembagian waktu operasi, yakni pukul 09:00-12:00, 12:00-16:00, 16:00-18:00, serta sepanjang malam.
Tentu saja, mengumpulkan uang receh hanya aktivitas sambilan. Itu mereka lakukan di sela waktu bekerja di sawah atau ladang. ''Lumayan. Hari biasa dapat Rp 5.000-Rp 10.000. Kalau rame seperti Lebaran, sehari bisa sampai Rp 50.000,'' kata Suwarti (40), warga pengumpul uang receh.
Aturan Tak Tertulis
Dalam mengumpulkan uang receh, mereka punya aturan tak tertulis. Uang pecahan kecil Rp 100 dan Rp 500 boleh diperebutkan. Namun uang pecahan Rp 1.000 ke atas, dikumpulkan untuk selanjutnya dibagi rata.
Rezeki yang diterima warga tak hanya itu. Selain berharap keselamatan, Mbah Watugethuk juga kerap dipakai orang menyampaikan ujar. Jika kesampaian, mereka akan kembali untuk membayar ujar itu. ''Sering ada orang datang mengadakan syukuran. Mereka membawa nasi tumpeng, menyembelih ayam, atau kambing. Setelah dimasak dibagikan kepada warga.''
Memperkuat Mitos
Kisah-kisah yang dituturkan warga makin memperkuat mitos Mbah Watugethuk. Konon menurut Suwarti, sesuai namanya, batu itu berasal dari gethuk (penganan dari ketela pohon). Arkian seorang pedagang gethuk dari Sukolilo Pati berjalan menuju Purwodadi.
Sampai di tanjakan Alas Guwomanik, dagangannya tumpah dan seketika berubah menjadi batu. Sejak itu orang mengeramatkan batu tersebut.
Tak berbilang cerita berbau mistik yang disampaikan warga. Tentang pengendara mobil yang mengalami kecelakaan karena meremehkan Mbah Watugethuk. Atau Mbah Watugethuk yang pindah secara ghaib usai dipindahkan ke tempat lain saat pelebaran jalan Purwodadi-Pati tahun 1977.
''Boleh tidak memberi uang receh, asal tidak meremehkan. Pernah ada orang yang ngenyek-ngenyek (menghina- red) waktu lewat, setelah itu mobilnya langsung masuk jurang,'' papar Suwarti.
Mitos dan cerita-cerita itulah yang membuat Mbah Watugethuk tetap dikeramatkan. Dan warga Dukuh Ngrijo mendapat limpahan berkah atas keberadaannya.( rokib gomanik mabang)